Selasa, 04 Januari 2011

PUISI CINTA

CERITA UNTUK ANAK –ANAK Ku
Anak anak ku      
 Lihatlah luka ini
Luka yang tak pernah bias terobati
Hanya doa  yang mampu membalutnya
Luka ini adalah perjuangan
Cinta mampu mempertahankan ksejatiannya

Anak anak ku
Kesejatian itu abadi
Dan hanya yang Maha sejati Sang pemilik
Kesejatian hanya ada di dada yang putih
Untuk Yang kudus pemilik jiwa kita
Anak anak ku
Jika ada cinta yang tak berujung
Itulah sejati, pertahankanlah
Mahluk dengan kesejatian cinta
Hanya untuk Pemilik cinta yang tak putus.
Cinta Nya adalah rahmat
Kasih Nya adalah Berkah

Anak anak ku
Lihatlah luka ini
Tinggal bekas yang menghitam
Luka karena penghambaan yang terputus
Membenamkan dosa berkepanjangan
di tubuh yang tak pernah kita miliki.
Anak anak ku 
Miliki cinta sebentang dunia
Keikhlasan seluas hamparan padang tak berujung
Kasih Nya hanya dengan itu kita raih
Cinta Nya suci seumpama pemiliknya.

 CINTA SANG PETUALANG

Langkah yang diayunnya kadang tak tentu.
Angin membawanya berlalu          
Menebarkan keharuman cinta pada tanah yang kering
Lembah yang berlumut dan batu-batu keras yang angkuh
 Pengembara berlalu bersama bisikan daun yang bergemuruh
Bersama deburan ombak
Menyiramkan kesejukan rindu yang menusuk

Cinta dan ketulusannya
Sibak gelayut mega yang hendak menjadi hujan
Sinar yang menerpa rumput kuning hampir mati
Pantulkan rona keemasan
Akankah cinta mati bersama rumput itu ?
Cinta sang petualang melayang
Hinggap dimana dia mau hinggap
Hiasi kesepian panjang dengan keteduhan hati
Dan kepasrahan yang berkepanjangan.

Robbi….
Angin yang kau ciptakan, hembusannya semilir
Kesejukanya menenangkan.
Tapi mata para  solihin kesejukannya menembus jantung
Meresap sampai ke sumsum.
Robbi…dalam doaku
Keindahan alam yang kau cipta
Memesona mata telanjang
Menggetarkan kekaguman
Para solihah lebih indah memesona mata batin
Keindahannya memancarkan aroma surgawi.

DUNIA DALAM BERITA

Apa kabar dunia ?   
Beritamu kali ini semakin panas.
Perang yang menghancurkan ratusan rumah penduduk.
Merengut ribuan nyawa manusia
Warnai wajahmu yang semakin gemerlap keindahan
Dibangun dari tulang-tulang jelata sebagai tumbal penguasa

Apa kabar dunia?
Berita tentang kemarahan laut yang menghempaskan sebuah kota
Menjadi head line kabar tentangmu.
Sungai yang tak mau lagi kompromi dengan penduduk kampung
Tenggelamkan segala bentuk ketidakpedulian manusia
dengan keruhnya air yang takmau lagi ditampung.
Hutan yang mulai masa bodoh dengan tugasnya
Hempaskan semua kotoran tubuhnya  menjadi banjir bandang
Tanah yang tak sudi  lagi dipijak
Muntahkan lumpur panas kemarahan
Mengubur keangkuhan berdalih teknologi mutkhir
Itukah beritamu ?

Apa kabar dunia ?
Kesemerawutan jalan-jalan kota,
Panasnya udara yang menyengat
Bentrokan masa yang tak lagi mampu berpikir waras
Demo yang tak pernah sepi
Korupsi para pejabat yang merajalela
Dan penguasa yang sering cuci tangan
Warnai lembaran hari-harimu
Beritamu selalu mencengangkan.

Dunia beritamu memang takan pernah habis untuk disimak,
Kecuali jika Isrofil telah menjalankan tugasnya…..!

Dunia pana ini menjadi pusat informasi kesenangan sesaat.
Dunia yang renta ini masih mampu memberikan kesenangan syahwat
Dunia yang keropos ini masih mampu menutup mata orang-orang durhaka

Ya….Robbi
Neraka – Mu  akan penuh dengan isi dunia .
Akankah aku menjadi bagiannya
Nadzubillah suma naudzubillah…..!

                                                                                                03 Maret 2008

CINTA MERAH JAMBU

Ketika pena bergoyang
Yang tertulis hanya cinta
Tintanya seribu lautan
Dari kilatan hitamnya mongering
Saat yang tergores adalah cinta hati yang beku lumer
Jadi deburan ombak
Bergemuruh penuhi rongga dada
Kepada pena
Aku titipkan senyum
Kepada tinta aku katakana cinta
agar terasa lebih dalam
kugores pada lembaran lembayung
merona merah jambu
penuh kelembutan kasih
untukmu…………..

Oktober 1995
PUISI LAMPAU

Ketika mimpi berubah arah
saat itulah aku pergi.
Saat datang                         
tak sempat ku pandang.
Ketika masa berubah musim
saat itulah kau menangis 
saat tersenyum
 tak sempat ku sapa.
Kau angin tak tentu
kerinduan membawanya pergi
kau mimpi  tak pasti
kasih sayang mengantarkan do’a
hanya pasir merayap dihempas terhenti
isak tertahan mengulum senyum kasih sayang

MIMPI
                                                        
Mimpi yang berlalu di embun pagi
melayang terawang kayangan
memanjang jadi bayang terkenang 
melampaui hasrat yang terjeruji
Mimpi mengembang jadi kembang
menggoda pengembara yang bimbang
menggelembung jadi buih harapan
segerakan mimpi jadi nyata
Mimpi-mimpi ini
berdiri jadi saksi
kasih hati terpatri sedih
saat semua tak terjadi
Mimpi ku tanyakan lagi
bilakah terjadi
tak hanya hadir diri
kenyataan liputi sejatinya hati.

CERITA LUKA      
          
Terlalu banyak cerita di antara luka
aku tak tahu senyum atau merayu           
aku teramat percaya mataku  
hatiku  hatiku terasing
puluhan kecewa ku telan
hati terlantar di balai-balai dapur
tercecer di lantai kotor terinjak kumuh 
aku telan……..aku telan
demi satu hatiku
jiwaku tak seputih melati
menunduk dengan kerelaan tak tergeming
aku mau
tak ada yang tahu
cerita ku rangkai
kurajut kekecewaan berantai
ku jadikan sehelai kepahitan
untuk selimut kesal   
muncul saat aku tak mau menerimanya.

Kerinduan
Sunyiku keindahan tak berbunga
Senandung senyap melodi tanpa nada
Tanpa kata-kata
Tanpa hembusan angin
Menjadilah aku burung bersembunyi
Di balik gelapnya malam
Dan mega menenggelamkan kekelaman

Aku dibalik keramaian
Jiwaku hening tanpa teriakan tanpa isak tangis
Tanpa basa-basi
Tanpa gemiricik hujan
Membekulah aku dalam kehangatan
Dibakar kerinduan
Dan matahari menyembunyikan dalam terangnya

Aku dan kerinduanku
Menerbangkan mimpi buruk
Kesejatian yang ingin ku raih
Melambungkan asa setinggi langit
Menembus mega-mega
Bersemayam bersama malaikat-malaikat
Mengabarkan cinta,
Keagungan dan keperkasaan
Raja langit dan bumi.

                                                            11 maret 2008


ANANDA
Ananda  Trhisnandyapanggalih
Wiraghanu Pinanggih
Kasihku sepanjang jalan yang membentang
Seluas hamparan padang hijau dan birunya samudra

Ananda Trhisnandhupanggaluh
Wirahmanu Murwakanthi
Cintaku yang tak menghamba
Seindah taman sejuta bunga
Keharumannya penuhi cakrawala

Anandaku
Trhisnandya  Trhisnandhu Trisnandha
Kalian  jiwaku
Terbalut doa
dan keridhoan
menjelma kasih di pelataran cinta Ilahi
Hantarkan catatan Ilahi
Penjabar sunnah dan tapak tilasi sirah nabawi
Karena kau anandaku
Di jiwamu ada cinta yang menghamba pada ilahi
                                                                                                24 maret 2008

SENIMAN

Seniman
Lepas dari busur
Melesat membelah cakrawali
Menembus mega 
Matanya sanjak atau puisi
Geraknya tari atau bunyi
Menggelar cita khayal nurani yang terbelenggu

Seniman dikekang temali
Jeruji besi tirani
Hentakan kaki, menyesal terhenti

Seniman
berkaca tertawa
hilang di dalam cermin
gambar pribadi
Kalau ada duka
Diuntainya rantai semangat
Jadi anak panah

Seniman
Lepas dari busur
Melesat
Tertancap di hati

                                          
ANAKKU
                    
Anakku
Datanglah untuk masa depan
Jangan kau tatap hampa
Saudara-saudaramu
Jangan kau tatap hampa
Dirinya dan jiwamu

Anakku
Wajah-wajah semakin hitam
Berminyak debu dari sesal
Tak kau lihat….!
Mukaku bersimbah darah
Darah dari hati yang terluka
Karena cinta

Oh …masa depanku
Di sampingku aku maki
Masa depanku
di belakangku aku membisu

Oh anakku….
Kau adalah jiwaku yang hilang
Yang dikungkung kenyataan
Disergap rasa hidup dan keengganan
                                                                                               

JEJAK
Di ambang malam
bulan separuh
meratap kelelawar
melengking membelahnya
dari kematian

Angin berhembus
menyelusup hati
dekapan lewat puisi
di seberang waktu
membisu
Aku tahu
menatap haru seraut wajah malu
Aku melamunkannya
kapan ?
Jejak samar dalam bayangan bulan
aku cari
lewat buih angin malam
lewat buih kabut
di baliknya embun
Jejak samar
jejakmu
jejak lenyap
hanya bulan separuh
dalam bayangan
sendiri-sendiri mati
langkah-langkah pergi
sendiri-sendiri mati

                                                                  
LENYAP
Terang bulan
memecah berpendar samar
Kekasih
aku takkan bilang kata
kata terucap seperti kesepian
yakinlah
aku takkan hitung
kepadaku
berikanlah seperti kecintaan aku

Kekasih
malam memendam suram bersandar resah
ku timang lentera malam
di tangan lembut
campakkan kegelapan yang belenggu jalan
ku punggungi kesepian
senyum
sambil lalu ku lempari batu
kecintaan semu
yang lahir adalah darah ,mata dan lelah
Kuceraikan angan lepas
pasung jiwa
ku lambaikan selamat sesaat
merapat tepi hidup
batas-batas cemas
ku pijar
lenyap

RINDU SANG PENDOS
Ya Robbi….
Kedalaman cinta sebening telaga
Bersemayam di mata para pencinta Mu
Kasih tiap belaian
Sayang tiap sapaan
Hiasan sempurna para nabi Mu
Tutur penuh hikmah
Perjalanan keteladanan
Gambaran hidup surgawi
Warta penuh makna para pengemban risalah.

Duhai Robbi ku ….
Siapakah aku
Yang tak ikhlas penghambaanku
Jiwa yang kotor lumuri tubuh dengan dosa dan kenistaan
Aku takut dengan tutur ku
Aku kecewa dengan jalanku
Aku sang pendosa
menyapa Mu dalam kesyahduan

Duhai pemilik cinta hakiki
Penggenggam semua jiwa
Di hadapanmu aku tersungkur
Menghiba cinta atas penghambaan sang pendosa
Di haribaan kasih Mu
Aku bersujud memohon belas kasihmu
Dari jutaan nista dari jiwa dan tubuhku
                       
                                                                                       04
              
KAWAN LAMAKU

Kawan lamaku hilang satu satu
Tenggelam bersama waktu
tak mau kembali
Sirna bersama masa yang terus berganti musim
Pergi berlari bersama usia yang terus menua

Kawan lamaku pergi dari dekapan
Kenangannya masih lekat
terpatri indah pada tiap lembar daun jatuh
goresan pena yang mulai pudar setia kabarkan cerita lamanya
kawan lamuku kudekap dalam buai mimpi
rautnya hialng dalam terang yang kian menjauh

kawan……..dimana kucari benang yang pernah kurajut dalam kepolosan
senyuman tanpa basa-basi dan kebohongan…?
kawan ……… kemanakan cinta pergi dalam kejujuran yang tak ternoda..?
kawan………. kawan……..!
aku rindukan keluguan itu
kepolosan tanpa basa-basi
gelak tawa yang tak terdengar lagi

kawan lamaku pergi satu satu menghilang
cinta dan jiwanya berpaling dari keluguan
kepolasan itu terbang bersama rambut putih yang satu-satu jatuh
kawan lamaku pergi
tinggalkan kenangan
 mimpi yang menjadi indah
diuarai jadi cerita yang tak berujung
kawan lamaku tinggal cerita
tak pernah habis untuk dikenang          
                                                                                                            05 April , 2008

BUNDA

Bunda
Jendela cinta terkuak lebar
tebarkan kasih bersama sepoi angin pagi hari
ketulusanmu melati putih tak ternoda
kasih yang dititpkan lewat air susu
mengalir bersama darah merah
tumbuh jadi jiwa-jiwa yang kuat
hadapi hidup di belantara cinta yang tak sepi memaki

Bunda
Anakmu jiwamu
Mengembara arungi samudra hidup
Gelora yang menggulingkan tahtamu
Tak mampu pecahkan karang
Cintamu jiwaku
Sedalam jiwa seluas keikhlasan.

Bunda
Jangan pernah kau tutup pintu dan jendela cintamu
agar aku bisa masuk kapan ku mau
Bunda
Rumah jiwaku benderang dengan doamu.

Nota Penghambaan

Dalam kelahirannya
Perjanjian telah mengikatnya
Jiwanya tergadai dengan amanah di tangannya
Bukan catatan kecil dalam tugasnya
Tetapi sebuah nota penghambaan
Penuh data nikmat dan pensyukurannya
Daftar hutang karunia yang harus dilunasi
Dengan harta dan jiwa selaku rahmatan lilalamin
Dalam kematiannya
Kelurusan jalan menjadi daftar tagihan
Hidup pada penghambaan mendua
Adalah pengingkaran besar
Pada kontrak hidup yang ditandatangtani
Ketertindasanjiwa yang tak sempat terbebaskan
Karena kelalaian
Adalah kerendahan martabat hewani
Kelayakan syurgawi hanya mimpi
Takan pernah terjadi.
Dengar Ayah Bercakap


Anakku
Kau dengar ayah bercakap
pohonkan kurnia Allah
agar diikat cinta selembut sutra
di dadamu
Kau dengar ayah
Adukan asa pada yang Esa
Agar digenggam kasih seindah pelangi
Di tanganmu

Anakku
Kau ku damba sepenuh jiwa
Kasih telah ayah siapkan
Untuk disemat di jantung
Sayang telah ayah rangkai
Dari untaian cinta untuk dipatri
Di hati

Anakku
Kau dengar ayah bercakap
Lantunkan madah pujian pada Robbula’lamin
Anakku
Jadilah engkau sesuai perjanjianmu
Di alam yang tak mampu kau ingat.

Sayang

Sayang……
Cinta hendak ayah ukir di namamu
Agar engkau tau betapa cinta ini tak mudah lepas
Sayang……
Lihatlah dunia dengan hatimu
Sentuhlah dia dengan cintamu…..


Pesan cinta untuk anakku

Anak-anakku
Adakalanya cinta tak mesti memiliki
Cinta cukup memberi semangat
Lewat alunan doa cinta dapat tersampaikan
Melalui bisik angin cinta dapat dititipkan
Meski tiada mesra tapi terasa
Belaiannya mengusik jiwa
Kerinduan datang karena gelora cinta
Jangan jadi nafsu merusak
Kehadirannya meski lewat sebuah lagu
Goresan tinta
Bahkan mimpi di siang hari
Cukup bahwa cinta hadir
Kapan dan dimana saja
Warnai jiwa dan kisah-kisah selanjutnya…….

AIR MATA

Air mata
Hadir tak mesti dalam sedih
Dia hadir dalam suka
Kagum,bangga,sakit
Bahkan saat tak ada rasa apapun

Jangan katakana cengeng
Ketika dia menetes
Keberadaannya untuk menetes
Bahkan mengalir…..
jiwa yang dalam merasakan
Kadang hadir lewat tetes air mata
Ketika mata tak mampu lagi menagis
Air mata tak lagi menetes
Di suasana apapun

Dimanakah jiwa yang agung disemayamkan……?
Kamanakah hati lembut disembunyikan…..?
Air mata memiliki fitrah diteteskan…
Mengalir dan berderai…..
CERITA HARI INI

Cerita hari ini
Tentang seorang anak lelaki
Beranjak dewasa
Ketika ditemukan segumpal kapas
Hendak ia pintal jadi segulung benang
Dan menenunnya jadi sehelai kain
indah bertahta dewangga nirmala
ia lupa…….
Ia tak punya terompong
Bagaimana memintalnya…….?
Biar di coba tanpa terompong
Gulungan tercipta sahaja
Ia lupa tak ada alat tenun
Manakah lagi kain dewangga tercipta jika itu tiada……..?

Aku dan Anak Muda Itu

“Beraksi” lagu yang didengarnya
Dari sebuah grup band yang naik daun kala ini
Bangitkan semangat jiwanya
Adakah dirinya beraksi…..?

Aku dan jiwaku
Lantunkan lagu sendu
Tak lagi beraksi
Sejatinya anak muda itu

Anak muda
Kumandangkan lagu semangatkan jiwanya
Teriakannya penuh gelora
Membakar hati dan jiwa mudanya

Kembali aku lantunkan lagu sendu
Menimang hati memangku jiwa
Menidurkan angan-angan menerawang
Jelajahi langit-langit
Terlelap dalam dekapan
Nestapa tak jua lumer
Jadi untaian kasih sesendu lagu jiwaku.

Tanpa Syarat

Kawan kadang hati tak selamanya senang
Katika kita mencinta
Jiwa tak selamanya tenang
Saat kita memberi
 tulus tanpa syarat
Menerima pun demikian
Jika ada cinta diharap
Jangan kecewa ketika dia tak datang
 jika ada kasih didamba
jangan terguncang ketika dia tak hadir
kawan…..
sakit memang….
Ketika kita harus menuntut
Perih memang jika harus memaksa
Hancur kalau mesti memohon

LARI

Hari yang berlari
Masa yang berlalu
tinggalkan kenangan-kenangan
yang diukir di atas sebuah perjalanan
cinta memberi warna
dan kasih yang ditambatkan
adalah lagi tak bisa keindahan berlalu

aku tengah duduk merenung
goreskan lagi tinta tak jelas
adakah cinta berpihak….?
Atau lari meninggalkan aku….?

SENYUM
Ketika senyum merekah
Adakah jiwa seindah mawar
Kasih dirajut
Akankah sekuat temali
Aku tak tau
Rindu yang ku sandarkan untuk siapa…?
Jika gundah tak teralamatkan
Oh….
Adakah mimpi terulang
Dan kesedihan berlalu
Biarkan jiwa tenang
bersemayam jadi keindahan telaga hitam
tanpa angin dan bisik daun-daun


BELAI ANGIN

Biarkan angin membelaimu lembut
Kesejukannya
Biarkan telusuri tiap helai rambutmu
Jangan paksa dia hadir
Jangan biarkan dia pergi
Kehadirannya anugrah
Kepergiannya adalah prahara
tak ingin dia menyapanya

biarkan daun jatuh warnai taman
kalaupun tak indah
mati tak terinjak
karma itulah hidup
ketika ada yang gugur berlalu
maka dia kabarkan
ada yang tumbh dan bersemi
hiasi lagi taman itu
HAI CINTA

Hai cinta…..!
Kehadiranmu didamba
Kau bersemayam di setiap dada mahluk
Yang disentuh olehmu
Menjadi indah
Yang dipelukmu
Menjadi syahdu
Cinta di haribaan mahligai pelangi
Dan merah jingga lembayung
Warnai lagi hati yang menggeliat
Meronta rasakan pesonamu


MERAH MARAH

Merah jingga siang itu
Hantarkan kemarahan di kerongkongan
Tersedak gelora jiwa tak tertumpahkan
Aku dikungkung kemalangan
Ditiup hembussan angin panas dari dasar bumi
Bersama lahar dan magma mendidih
Kaki yang terikat temali cinta
Tak lagi kuat
Membelenggu
Terseok
Penuh borok
Bernanah
Dan lalat serta belatung menggerogoti
Aku tersungkur di sudut jalan
Tak lagi mampu berdiri
Hadapi dunia….
ENTAHLAH…..!

Ku ketika itu
Tak mampu menatap tajam matamu
Tak kuasa rasakan
debar jantung dan gelora jiwamu
Menggemuruh
Menerpa dinding hatimu
Aku tak sanggup dengar tuturmu
Menusuk,menembus dan mengoyak
Perasaan aku punya
Entahlah……!
Aku  tau ketika itu
Anganku mengembang terbang
Tinggalkan lagi tubuhku
Aku tau ketika itu
Berada di hadapanmu


DI LORONG ITU

Di lorong itu
Tatapanmu menikamku
Menganga luka di hati
Sedalam jemari

Di lorong itu
Kau hempaskan jiwaku
Ke lantai kumuh berlumpur
Ku telusuri dengan jeritan melangit
Dan kesedihan membumi
Aku dan jiwaku luluh lantah
dihempas dahsyat ucapmu
 yang menggelegar

WARISAN CINTA

Dengan usiaku yang menua
Hanya ingin wariskan cinta
Dan keindahannya pada anak-anakku

Agar mampu merubah dunia
Dengan kasih sayang
Menebar damai dengan senyuman
Dan kelembutan
Sayang….
Tak mudah jadikan sesuatu lebih baik
Adakalanya cinta ditanam
tumbuh kerdil
atau mati meranggas
walau disiram kasih
dan pupuk rasa sayang

PERGI BERSAMA DUKA

Ku berlalu bersama deru angin
Ditinggalkannya kerinduan
Dan kasih yang tinggal segenggam

Ku terbang bersama kawanan elang
Tinggalkan padang gersang
Aku tak mampu lagi menoleh
jejak-jejakmu
terlalu sakit untuk disemayamkan
terlalu parau untuk disenandungkan

aku pergi bersama kedukaan
yang menghimpit
dan kesedihan menenggelamkan

NAUNGAN BERINGIN

Cinta di bawah naungan beringin
Satu satu lepas
Dari dahan jiwa
Yang sempat tumbuh dan bersemi
Itu tinggal cerita
Kisahnya berlalu
Bersama daun-daun kering
Jatuh dan tertimbun
Jadi tumpukan sampah
Dan hitamnya kubangan

Kini tak kurasakan semilir angin
Beringin tak lagi indah
Kesejukan sirna dalam terpaan badai
Tinggalkan luka menganga dan reruntuhan menimpa
Cinta mati…… bersama daun yang gugur
Satu satu terkubur
Hancur jadi debu dan pekatnya Lumpur

                       

ANGIN
Angin…….
Mengapa mata ini begitu sakit….?
walau kau membelaiku
tubuhku terasa panas terbakar
walau semilirmu menerpaku

Angin……
Mengapa mata ini terasa pedih…..?
Walau kau memelukku
butirnya mengalir
basahi pipiku

ingin  menjerit
aku tak mampu
malu pada langit
jeritan petir
dan derai hujan
mereka peduli padaku
wakili kesedihanku

Angin…….
Kau sapa lagi aku
Dengan kesejukanmu
Tapi mengapa aku menggigil
menahan sakit

Angin…….
kabarkan dukaku pada mentari
agar hangatkan pagi dan senjaku
wartakan kecewaku
pada rembulan dan gemintang
agar warnai lagi gelap malam ku
HILANG DARI BUAIAN

Anakku hilang dari buaian
Dia tepis belaian sayang yang aku beri
Lari dari dekapan
Menghilang dari tatapan
Cinta yang aku semat didadanya
Menusuk jiwanya
Merah darah penuh kemarahan

Anakku pergi tinggalkan duka dan kesedihan
Kasih yang dipatri di hatinya
Membuatnya luka menganga
Bernanah penuh kebencian

Anakku pergi
Hilang
Tinggal aku meratapi semua kesalahanku
Tanpa dia menoleh lagi
PESAN UNTUK ANAKKU
Anakku…….
Ketika tinggalkan jejak di lantai-lantai sekolah
Kehidupan baru dimulai
Maka bersiaplah…..!
Tatap mentari dengan matamu yang tajam….!
Kapakan sayapmu…..!
Terbanglah mengangkasa…..
Arungi samudra lintasi lautan
Lewati gunung dan gurun
Menembus mega dan awan pitih salju

Anakku………
Menatap dunia tanpa batas
Berlari bersama masa yang melaju
Nyalakan asa dari fatamorgana
Berubah jadi kobaran api
Bangkit bersama embun
Yang ditinggalkan rembulan
Pagi hari
Dan tarian riang rumput hijau
Dengan irama yang dimainkan angin savanna

Anakku……..
Hadapi dunia
Jiwamu sebesar bumi
 Hatimu seluas hamparan langit biru
Maka bersiaplah……….!

NISCAYA

Kala perpisahan adalah keniscayaan
Kerinduan adalah nestapa menyapa
Pertemuan didamba
Adalah bahagia diintai kemalangan
Perpisahan merenggutnya……..Kini kerinduan tak bertuan
Alamatpun tidak…….!
Menanti tak tentu masa

Kawan…….
Adakah masa kan berulang……?
Walau dalam mimpi…….?
Atau hayal direkayasa…….?
Terasa indah jika hati bersulang
Jiwa dihidangkan kebebasan rasa
Mengembara……
Datangi semua yang didamba

Kawan……..
Biarkan jiwa dengan kerinduan
Mengembara mencari tuan
 Empu dari hati hati yang mengikatnya

KAU

Kau……
Tak kau lihatkah……?
Kemarau telah jadikan meranggas pepohonan
Tak ada lagi embun disisakan malam
Hanya debu selimuti tiap helai daun
Menggeliat dengan warna kuning kecoklatan
Memaksanya jatuh dari tangkai satu satu

Kau……
Adakah kemarau membakar jiwamu……?
Meluluh lantahkan pilar-pilar kasih
Susah payah kau bangun
Di atas reruntuhan dan puing kesucian dan ketulusan……

Kau……
Apakah namanya……..?
Jika kerinduan tak berujung
Kemalangan tak nyata
Mencabik-cabik rasa tak berpangkal
Kau……
lihatlah jiwa meranggas
menanti embun
agar bersemi rasa yang pernah tumbuh
di dasar sanubari
dipagari ketulusan
dihiasi seruni
dari getaran suci yang dihadirkan olehmu kawan……

 MENTARI SEPENGGAL

Hari ini saat mentari menatap
Jiwaku hangus terbakar
Gelora yang membara
Padam jadi tumpukan debu
Putih abu-abu

Hari ini saat mentari sepenggal
Cahayanya temaram
Redup tertutup mega
Tinggal teja tak begitu jelas
Coba berikan bayang memanjang
Suram…..
Jiwaku hampir tenggelam
Diseret merah sunset ke dasar samudra
Warna jingga
Aku  tenggelam
Dengan masa yang belum sempurna

PERIH
KAWAN…….
AKU TAK TAU…..
APA YANG BERKECAMUK DI DADA INI
JIWA TERLANTAR, HATI DIABAIKAN
PERIH……
SAKITNYA SEPANJANG PUTARAN BUMI DAN MATAHARI

KAWAN…….
ADAKAH KAU MAHFUM…..
KEGILAAN INI KARNA KAU
AKU TAK MAMPU TEPIS RASA BERSEMAYAM
JIKA KEGUNDAHAN DIPERTARUHKAN
KEKECEWAAN JADI TUMBAL

KAWAN…….
ADAKAH KAU PEDULI……?
BETAPA KASIH DIPERSEMBAHKAN
ADALAH PERTARUHAN DEMI KETULUSAN

KAWAN……..
KAU MASIH SEPERTI SEMULA
ANGKUH DENGAN KETIDAKMAMPUANMU
DINGIN TANPA KATA
TANPA NURANI KAU CAMPAKAN HATI
YANG PEDULI
PADAMU……..
PERIH……..KAWAN……
LANTAI SEKOLAH
Pagi ini jejak di lantai sekolah
Telah jadi kenangan
Dia bercerita kelak
Tentang kau,aku dia dan mereka
Hanya saja hati dualisme
Antara masa depan yang harus dikejar
Dan kenangan yang mesti ditinggal

Pagi ini saat ku tatap lorong itu
Hanya bayangan berkelebat
Di ingatan
Teriakan…..
Canda tawa
Gundah, gelisah
Air mata
Dan riuh tepukan ceria
Terngiang di telinga

Adakah semua kan hilang
Bersama lalunya usia
Dan perjalanan yang menanti
Ditapaki penuh semangat
Selamat berjuang arungi samudra
Dengan bahtera yang kau siapkan sendiri
Madah dan doa dilantun
Iringi tiap langkah yang diayun
 tiap helaan nafas yang dilepas

MENGAPA……?
Kawan….
Kenapa hati ini terasa disayat sembilu
Perih……
kawan……
kenapa mata ini begitu gelap
tertutup mendung
jatuh jadi derai tangis
aku tak sanggup menjerit
hanya jiwaku merintih
melantun doa dan madah
untuk jiwa yang tak bisa tenang
kawan……
mengapa……?

OH MALAM…….

Oh malam…..
Betapa aku merindukan bintang
Agar warnai hati ini dengan kerlipnya

Oh malam…..
Betapa aku harapkan kehadiran rembulan
Agar terangi jiwaku dengan benderangnya

Oh malam…..
Jiwa ini menerawang tembus kemawang
Membawa mimpi mengangkasa

MAJNUN
Gilaaa…..!
Kegilaan apa yang tengah berkecamuk…..?
Jiwa ditelantarkan
Nurani pergi dari persemayamannya
Aku hilang kendali
Robbi……
Bilakah rasa ini luluh….?
Jadi tumpukan kasih tulus tanpa pamrih
Mengapa aku majnun…..?
Tiada kuasa penjarakan batin dalam pasungan…..

DIMANAKAH KAU……?
Kau laksana embun di bawah mentari
Bagai bayangan
Dekat tapi tak tertangkap
Seperti angin
Hadir tapi tak terlihat
Dekat tapi jauh tak terjamah
Kau……..
Dimanakah aku mendapatimu……?

Pesonamu
Dulu ketika itu….
Kau tanam benih kasih
Lewat tatap matamu
Kau taburkan pesona
Dengan tuturmu
Kau tebar aroma kehidupan
Lewat senyummu

Adalah awal pertautan jiwa dimulai
Dan temali kasih dikaitkan
Adalah jiwa ini
Mendamba dengan tangan terbuka
Dan harapan yang dihamparkan
Di seluruh sudut relung hati yang terpana

Dalam Asuhan Badai
jiwa menggelandang
diasuh badai dipeluk gelombang
dibuai angin prahara
dalam gendongan masa

jiwa-jiwa merana
ditimang rasa kecewa
disenandungkan lagu sendu
tentang kematian

adakah cinta yang hilang kembali…?
Adakah kasih yang pergi kan pulang…?
Oh……
Aku kehilangan waktu
Tuk perbaiki segala
Aku ketinggalan masa
Tuk rubah semua

Jiwa-jiwa menggelandang
Dalam asuhan badai
Kembali ke pangkuan bumi
Dengan hati yang terkoyak
Dan rindu tak terbalas                

Sajak perpisahan……
Mengapa pertemuan harus berakhir perselisihan…?
Indahnya hilang sekejap
Mengapa perpisahan begitu menyakitkan
Jiwa dikungkung gelisah
Menjerit kesakitan
Hati diiris kekecewaan
Perih tersayat
Pertemuan…..
Haruskah aku menyesalinya…?
Perpishan
Tak bisa aku menolaknya
Tak bisakah diurung sebentang masa….?
Satu helaan nafas saja……
Atau tidak sama sekali…….
MIMPIKU HILANG

Mimpiku hilang
Dibangunkan tangisan hujan
Lenyap menggelembung
Pecah jadi helaan nafas berat
Jeritan petir kaburkan angan
Rasa hampa terpendar jadi gumpalan gundah

Mimpiku hilang
Bersama datangnya pagi
Dan ciap anak ayam
Sadarkan tentang kehidupan yang telah kembali
Ramai….
Sibuk, bising
Hiruk – pikuk
Tapi…..
Ku rasa sepi mencekam
Menusuk jiwa paling dalam

                                                                                    06 April 2010

Malam kelam

Malam sembunyikan kegundahan dengan kelamnya
Terjerembab dalam kedukaan panjang
Sepanjang bentang masa
Dalam putaran jam satu  satu
tinggalkan kenangan

malam kelam
adalah kegundahan tanpa sinar
lenyapkan mimpi dan harapan-harapan
dibentang dengan temali cinta
malam….
adakah gemintang temani kegelapan
warnai kelamnya hati…
dan hampanya angan yang terkoyak…?
adakah bulan datang menyapa
dengan senyum sendu tanpa warna
benderangnya hangatkan kerinduan tak terbalas…?
Malam…
temani lagi dengan jeritan petir
tangis gerimis
rintihan daun-daun
dan bisik angin yang penuh isak                                 06 April 2010

KEHILANGAN

Hari ini ketiadaan jadi niscaya
Keniscayaan jadi milik malam yang tak mau lagi berkisah
Tentang dia……
Kehilangan adalah kenyataan kini dan nanti
Jiwa dalam kesedihan dan rindu tak terbalas
Adalah kau yang pergi bersama angin
dan usia yang terus menua

Putaran 37

Putaran ke 37 bumi temani mentari
Ku bersama jiwaku
Menata cinta dari lembaran murbai
Untuk dijadikan dewangga
Dirajutnya kapas dijadikan selimut
Bersulam kerinduan dari dalamnyakasih
Sebagai bingkisan untuk cinta
Juli 2010
Malam ke 14
Malam ke 14
Bulan penuh
Bulat bening tak mengeluh
Tiada awan atau mendung
Hanya bayu semilir beri sejuk

Malam ke 14
Ramadhan ini
Aku bersama jiwaku
Temani bulan menggantung
Dengan rindu tak kunjung berujung

Aku kini menanti malam-malam berlalu
Seperti malam ke 14 malam ini
Rinduku pada-Mu tak berujung
Aku tak mampu menghisab diri
Terlalu banyak noda menenggelamkan aku

Malam ke 14
Ramadhan ini
Aku bersama jiwaku
Tak tau mengadu
Tersungkur
Atau diam membisu

TRISNANDAPANGGALEUH

Jiwaku bertambah
Asaku menggunung
Kasih semakin megah bertahta
Cinta semakin kuat disemat

Trisnandapanggaleuh
Puisiku berwarna emas
Penuh rasa megah
Karena anakku
Trisnandapanggaleuh

Sayang…..
Betapa Tuhan pemurah
Karuniakan engkau penuh kasih
Sayang….
Betapa syukur mengalun merdu
Bersama senyum mungil bibirmu
Anakku Trisnandapanggaleuh

September 2010

KETULUSAN
Sunyi dibawa ke langit
Sepi ditinggal di bumi
Harapkan cinta suci
Kasih putih Illahi Rabbi
                      Duka ditenggelamkan
                      Luka biarkan karam
                      Bila jiwa diserahkan
                      Apalah daya raga bernyawa
Sunyi dibawa ke langit
Kembali bersama kepasrahan
Sepi biarkan pergi
bersama mimpi berbunga khial
pulang bersama keikhlasan
                      Rabbi…
Cinta diharap penuh keridhoan
Kasih didamba penuh berkah
Dari-Mu Rabbula’lamin
Muhammad dan kelurusan jalan
Kebesaran jiwa dari kitab dan sunnah
Kembali bersama kesucian cinta
Bertahtakan kejujuran dengan permata iman
Untuk dinobatkan di singgasana tak terbayangkan





September 2010




38
KATA UNTUK IAN

Ian….
Adakalanya hidup tak harus jadi pahlawan
Hati tak selalu mengerti apa yang terjadi
Mata tak harus melihat apa yang ada di depan, belakang, kanan dan kiri
kita
dengan doa kita terhindar bencana
dengan harapan kita bisa berdiri
dengan motivasi kita dapat melangkah
dengan keyakinan kita mampu bertahan
Ian…
Jadilah adanya dirimu
Tak mesti jadi raja untuk dapat mengenal dunia
Hidup di bawah bayangan malam
Adalah lari dari ketakutan melihat wajah sendiri
Tak ada malam yang tak berlalu
Mentari akan datang gantikan kegelapan
Ian…
Jadilah adanya dirimu
Tatap mentari dengan matamu yang tajam
Rasakan kehangatannya
Sambut benderang dengan ketulusan
Terima dirimu apapun adanya.







PEMUDA DI UJUNG JALAN

Pemuda di ujung jalan
Berlari bersama angin
Menuju tmpat tinggi
Menggetarkan semua yang dilalui

Pemuda di ujung jalan
Berjalan bersama air
Mengalir mencari telaga
Membasuh yang disentuh jemari

Pemuda …..
Adakah jiwa tenang  bersamamu….?
Aku tak mampu hampirimu
Jiwa kerdil diikat rasa takut
Silau oleh cahaya lilin sendu
Menggigil oleh tetesan embun

Pemuda…
Menanti aku bangkit
Bersama mawar bersemi
Dan rumpun bambu yang hendak menusuk langit


PAGI MENDUNG

Pagi mendung, awan kelabu menggelayut
Mentari enggan terjaga dari peraduan malam
Selimutku gelisah
Ku peluk jiwa resah
Tak mampu bendung mendung
Tumpah jadi derail air mata
Aku dan jiwaku luluh
Terkapar di belantara gemuruh
Tersungkur di kubangan yang disisakan hujan

Pagi mendung enggan menyapa
Jiwa menerawang mengembara
Bersama mimpi yang belum sempat terjaga


DI SUDUT JIWAKU

Ku Tanya jiwa ini
Dia diam…
Hanya dada berguncang dan degup menggemuruh
Ku sapa mata ini
Dia membisu….
Hanya tatapnya sayu dan butir permata
Satu – satu jatuh hiasi pipi memerah

Cinta….
Adakah jiwa ini tulus menerimanya….?
Adakah mata ini peduli menatap
Cinta…
Bertahtalah kau dalam singgasana
Yang ku siapkan di sudut hati
Tanpa kisi-kisi
Ku hamparkan permadani
Di haribaan sanubari tanpa tabir
Di hiasi lagi ratna dan mangal putih
Untuk dipersembahkan pada dewana


                                                                        10 Maret 2010


TERMANGU
Aku yang kini termangu
Menatap hampa wajahmu
Coba telusuri kerut dahimu
Dan urai syaraf kusut
Aku tak mampu
Tak mampu tatap matamu
Tatapku hampa
manakah lagi membaca hatimu dan telusuri kerut dahimu

Aku termangu
Tak ada lagi jiwa tersisa
Menepis gundah dan ghelisahnya rasa
Yang coba kau sembunyikan



                                                                        15 Maret 2010


WAKTU

Waktu…..
berlari begitu cepat
Tinggalkan langkah tersendat
Putarannya gilas kenyataan
Lumpuhkan kehidupan yang tak mau peduli

Waktu….
Tak mau henti
Tak acuhkan siapapun
Hnya ketaatannya
Rotasi bumi semesta raya

Waktu…..
Jangan pernah bercanda dengannya
Jutaan jiwa melayang
Tragedy nestapa
Apapun….
Tak lepas waktu mengawasi
Mengejarnya
Juga kematian

Waktu….
Berhenti
Jika Dia menginginkanya

                                                                        26 Maret 1998


LAGU BALADA
Lagu balada itu
Begitu sering ku dengar
Kini begitu terngiang
lekat jiwaku

Lagu balada itu
Di lantun tak begitu merdu
Sanggup gugah rasa
Rindu damai didendam jiwa

Lagu-lagu beruntun
album-album balada menggelandang
tak begitu indah dimainkan bocah seperempat  abad
syairnya padamkan gelora
redam rasa mengambang
halau jiwa menggelandang

Lagu balada itu
Kini begitu panjang
Patri jiwa damai siram hati kering
Gundah menggelinding jadi butiran rindu
Jiwa terkoyak masa lalu
Lumer jadi abu
sirna dalam belaian bayu
hadir bersama lagu balda itu





                                                                        1998


SAJAK KESEPIAN
           

                     Kawan…..
                     waktu berlalu bersama usia yang tak mau menunggu
                     Hari-hari ku rajut tak kunjung usai
                     Tak ada dermaga untuk ku tambat kasih
                     Dalam biduk yang ku kayuh

                     Kawan…..
                      kemana angin yang biasa bawa pesan dari gunung
                     untuk malam yang sembunyikan rembulan
                     aku sepi menanti
                     dalam remang
                     di balik jeruji yang ku buat sendiri  
                     Aku menangis tanpa air mata
                      nestapa begitu menyayat

                     Kawan kau sebuah nama
                     Yang ku gores dengan tinta tak nyata
                     Menghilang di balik cahaya yang tak ku kenal
                       


                                                                                    Oktober 2010


BILA USAI PERJALANAN

Anak muda…
Bila usai perjalanan
Bersama rambut yang mulai memutih
Tulang punggung rapuh
Dan wajah tak mampu lagi tengadah
Itulah hari-hari mulai merajut angan
yang tak mampu digapai
dan cinta yang tak sempat diraih

Anak muda merenung dalam hitungan waktu
Melangkah selebar bentangan kasih mama
Lihatlah betapa cinta mampu memenjarakan
Dan membebaskan asa yang kita punya

Anak muda termangu
Bingung, tak mengerti
Jiwanya melayang bersama mimpi
Yang hendak dirajut
 jadi selembar kenyataan manis
Sebagai teman kala duka
Dan masa dimana tulang punggung mulai rapuh
Wajah tak mampu lagi tengadah

Anak muda…..
Kaulah anak muda
Gagah…
Tak peduli masa mengejar
Dan rambut yang hendak berganti warna




                                                                        Oktober 2010


Tak mampu lagi tersenyum


Tajam tatapan surya menusuk ubun-ubun
Bakar tapak kaki
Gelisah selimuti tubuh ringkih
Diguyur peluh keluh
Luluh lumpuh

Adakah jiwamu sepanas tatapan surya
Membakar darah jadi gejolak
Tak tertahankan….?
Ataukah kebekuan tak terlumerkan
Hingga dingin selimuti hati
Dan wajahmu yang tak mampu lagi tersenyum

MERAJUT CINTA

Kalaulah ada cinta hendak dirajut
Rajutlah dengan benang putih ketulusan
Jiwa dipenjarakan keinginan
Meradang
Menanti kasih suci malaikat
Bebaskan temali
Jeratan hasrat yang meminta terlalu banyak


TAK UNTUK DIKENANG

Kawan….
Keindahan kadang tak sampai di hati
Ketika mata yang dibuka
Jiwa yang merasakan
 Biarkan mengembara bersama harmoni alam
Jiwa yang tumbuh bersama bunga yang gugur di musim ini
Terkulai, lunglai
Rindu didendam
Jadi cerita yang tak sempat ditulis

Kawan….
Kadang rembulan tak selalu bersinar
Ada kala awan hbayangi benderangnya
Kadang badai sembunyikan malam
Dalam selimut dingin
Bersama reruntuhan hujan dan daun-daun

Kawan satu waktu
Itu berlalu
Jadi kenangan mengerikan
Bahkan manis saat kisah jadi sejarah
Walau tidak untuk dikenang                                                          0ktober 2010


TAK HARUS JADI PAHLAWAN

Anakku…..
Adakalanya jiwa tak harus jadi pahlawan
Hati tak selalu mengerti apa yang terjadi
Di depan, belakang
Apa yang ada di kanan dan di kiri
Dengan doa terhindar bala
Dengan harapan bisa berdiri
Motivasi bisa melangkah
Dengan keyakinan bisa bertahan


SAJAK MENDUNG

Pagi mendung
Awan kelabu menggelayut
Mentari enggan terjaga
Meninggalkan peraduan malamnya

Selimutku gelisah
Bantal gulingku gundah
Ku peluk jiwa resah
Tak mampu bendung awan hitam
Tumpah jadi derai air hujan

Aku dan jiwaku luluh
Terkapar di belantara gemuruh
Tersungkur dikubangan peluh
Dan hujan pagi itu

Pagi mendung
Enggan menyapa
Jiwa menerawang
Mengembara bersama mimpi
Yang belum sempat terjaga




                                                                        Oktober 2010


DEWANA MENARI

Dewana menari irama taman bunga
Bisik daun dan senandung mawar
Meliuk tubuh dewana
Pandangi lagi cakrawala
Awan putih kapas

Dewana bernyanyi lagu gunung
Dengan nada rumpun bambu
Derak pohon bersorak riuh
Harum cendana mengalun
Syair harmoni alam syahdu
Hempaskan jiwa sesak hamper membeku

Tinggal aku pandangi jiwa dewana
Sepenggal asa putus
Hendak ku tambat
Bersama dewana
Coba nyalakan damar
Bawa keharuman seribu bunga
untuk dikalungkan sebagai mangal
dan helaan napas panjang
coba bangkit
Bawa kesejatian dan keyakinan
seorang dewana



                                                                        Oktober 2010


SURYA HIBAR

Surya hibar keemasan
Awali kehidupan pagi ini
Jiwa lelap dibuai malam
Terjaga bersama ciap anak ayam
Dan gemuruhnya kendaraan bermotor
Berkejaran memburu gerbang pabrik
Dan angkuhnya mesin-mesin

Surya hibar keemasan
Langit biru putih bersih
Tanpa awan
Benderang tanpa mega hitam
Bawa kabar dari jendela
Dan pintu-pintu yang terkuak
Bersama semangat yang terbakar
Dan derap kaki berlarian
Memburu waktu berkejaran

Ramai sekali bumi pagi ini…!
Bising mesin dan deru knalpot melengking
Berteriak, marah, memaki
Tertawa, senandung, bernyanyi
Sungguh irama yang aneh pagi ini…!

Sibuk sekali dunia ini
Aku lelah tatapi keramaian
Sedang aku masih termangu
Duduk dengan usia yang kian menepi


                                                                                    Oktober 2010